Kaidah Kebahasaan Kemelut di Majapahit

Diposting pada

Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara pada abad ke-14 hingga ke-15. Kerajaan yang terletak di Jawa Timur ini memiliki sejarah yang begitu kaya, termasuk dalam hal kebahasaan. Kaidah kebahasaan yang digunakan di Majapahit memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan bahasa Jawa modern yang digunakan saat ini.

Pengaruh Bahasa Sanskerta

Salah satu ciri khas dari kaidah kebahasaan di Majapahit adalah pengaruh bahasa Sanskerta. Bahasa Sanskerta merupakan bahasa klasik yang umum digunakan di Asia Selatan pada masa itu. Dalam bahasa Majapahit, banyak kata-kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yang digunakan dalam percakapan sehari-hari maupun dalam penulisan.

Bahkan, beberapa teks kuno yang ditemukan dalam peninggalan Majapahit banyak yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bahasa Sanskerta dalam kehidupan berbahasa di Majapahit.

Keunikan Tatabahasa

Kaidah kebahasaan di Majapahit juga memiliki keunikan dalam tatabahasa. Salah satu contohnya adalah penggunaan awalan dan akhiran yang berbeda dengan bahasa Jawa modern. Awalan yang sering digunakan adalah “ng-” dan akhiran “–i”. Contoh penggunaannya adalah kata “ngarasa” yang berarti merasa dan “ngguyuhi” yang berarti menyambut.

Selain itu, Majapahit juga memiliki tanda baca khusus yang digunakan dalam penulisan. Tanda baca tersebut antara lain “ṇ” yang merupakan tanda untuk mengakhiri kalimat, “ś” yang digunakan untuk menandai pengucapan huruf “s” yang berbeda, serta “ṣ” yang digunakan untuk menandai pengucapan huruf “s” yang lebih tajam.

Penggunaan Bahasa Kawi

Bahasa Kawi adalah salah satu bentuk bahasa Jawa kuno yang juga digunakan di Majapahit. Bahasa ini umumnya digunakan dalam penulisan karya sastra, seperti kakawin dan kidung. Penggunaan bahasa Kawi dalam karya sastra Majapahit memberikan nuansa yang khas dan berbeda dari bahasa Jawa modern.

Baca Juga :  Perbedaan Setrika Philips HD dan GC

Dalam bahasa Kawi, terdapat banyak kaidah kebahasaan yang berbeda dengan bahasa Jawa modern. Misalnya, penggunaan kata ganti orang kedua tunggal “engkau” yang digunakan dalam bahasa Kawi, sedangkan dalam bahasa Jawa modern digunakan kata “kowe” atau “kamu”.

Perkembangan Bahasa Jawa

Selain pengaruh bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi, bahasa Jawa juga mengalami perkembangan di masa Majapahit. Salah satu ciri khas dari bahasa Jawa di Majapahit adalah penggunaan kata “dumun” yang berarti “sekarang”. Kata ini sudah jarang digunakan dalam bahasa Jawa modern.

Bahasa Jawa di Majapahit juga memiliki kosakata yang kaya dan bervariasi. Pada masa itu, banyak istilah khusus yang digunakan dalam bidang-bidang seperti seni, keagamaan, dan pemerintahan. Kosakata tersebut memberikan gambaran tentang kebudayaan Majapahit yang maju dan berkembang pesat.

Pengaruh Majapahit pada Bahasa Jawa Modern

Meskipun Majapahit telah berakhir pada abad ke-15, pengaruhnya terhadap bahasa Jawa modern masih dapat dirasakan hingga saat ini. Banyak kata-kata dalam bahasa Jawa modern yang berasal dari bahasa Majapahit, terutama yang memiliki akar kata dari bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi.

Selain itu, beberapa tata bahasa kuno yang digunakan dalam Majapahit juga masih dipertahankan dalam bahasa Jawa modern. Contohnya adalah penggunaan awalan “ng-” dan akhiran “-i” yang disebutkan sebelumnya.

Kesimpulan

Kaidah kebahasaan di Majapahit memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan bahasa Jawa modern. Pengaruh bahasa Sanskerta dan bahasa Kawi memberikan nuansa klasik pada bahasa Majapahit. Tatabahasa yang berbeda dan penggunaan kosakata khusus juga menjadi ciri khas bahasa Majapahit.

Meskipun Majapahit telah berakhir, pengaruhnya terhadap bahasa Jawa modern masih dapat dirasakan. Kata-kata dan tata bahasa kuno yang digunakan di Majapahit masih dipertahankan hingga saat ini, sehingga bahasa Jawa modern memiliki kekayaan dan keindahan yang tak terpisahkan dari sejarah Majapahit.